Skip to main content

Enyahlah, Matahariku ( Part 2)



Matahari yang slalu ingin ku enyahkan
Kini benar ia pergi
Setelah bahuku menjadi tempat peraduannya
Setelah aku basah kuyup dihujani air matanya
Setelah aku mulai menikmati dunia nya yang gelap dan suram
Setelah ia tercatat di rentetan sejarah hidupku


Seolah ia merampas segalanya
Memilih menjadi bagian yang hilang,
Menjadi bagian yang terlupakan dari sejarah
Dan terbit di negeri nan  jauh disana

Apa mau dikata?
Itu telah menjadi pilihan impiannya
Haruskah aku menengadah ke langit
Lalu berpinta pada Tuhan agar kau disini?
Bukankah doa ku hanya akan menjadi penghalangmu
Menambah jumlah kegundahan dibenakmu?
Asal kau tahu, aku tak kan pernah lakukan itu

Alasan mengapa aku sanggup mengatakan enyahlah selama ini tanpa rasa takut
Karena aku tahu tanpa keraguan sedikit pun
Kalau kau akan kembali
Bersinar lagi seperti matahari dalam hidupku
Tapi kini kau mengharuskan aku mengucapkan enyahlah dengan kengerian yang menyertai
Aku akan menerima keputusan mu itu

Ya.
Semua berakhir disini
Mari kita anggap semua kembali sediakala,
Dimana kau hadir untuk yang pertama
Dan agar semuanya menjadi lebih mudah
Untuk yang terakhir kalinya
Kukatakan ini,
“Enyahlah, matahariku”

Comments

Popular posts from this blog

Kesepian Bayang Cermin

Memandang diri dalam cermin Aku merasa iba padamu Terperangkap sepanjang riwayat Memandang bila aku memandang Mengedip bila ku mengedip Kau hadir ketika aku membutuhkanmu Melihatmu membuatku melupakan waktu Kau pasti kesepian selama aku tak ada Ah.. bagaimana kalau kita bermain sejenak? Ayolah keluar dari cerminmu Atau.. Biarkan aku masuk Katakan padaku, dimana celah yang dapat ku lewati? Tak ada jawaban

Secuil Kertas Pengharapan

Secuil kertas pengharapan yang aku lindungi dari hujan Kini telah terbaca Ia mengerutkan dahi dan tersenyum masam Takut-takut   aku bersembuyi Namun ia merengkuh tangan ku Dan membawaku menyelinap hujan Entah apa dalam benaknya

Naskah Hari Esok

Telah sunyi Telah sepi Jalanan kosong tak berpenghuni Pendar lampu semakin menampakkan cahayanya sendiri Mengalahkan sorot lampu kendaraan yang sedari tadi hilir mudik tiada henti Mereka yang lelah pulang Mereka yang tak sempat pulang bersandar dijalan Mereka yang tak punya tempat pulang meringkuk dipinggiran