Skip to main content

Enyahlah, matahariku (Part 1)

Saat matahari gila muncul diduniaku
Aku berusaha menepis
Namun ia tak jua pergi

Ia datang karna tak ada tempat lain untuk terbit
Matahari yang malang
Dengan berbagai macam alasan ia terus menempel, melekat
Disampingku ia duduk termangu
Sebentar ia menunduk menangis terisak-isak
Ia bilang ia lara
Sebentar pula senyumnya mengembang, senyum kelabu
Ia bilang dirinya hilang sukma

Seolah tak punya lagi harga diri, ia menautkan tangan dan bersandar dibahuku
“Hey apa yang kau lakukan? Aku bisa mati, dasar gila. Enyahlah!”
Kukira ia akan melepaskan diriku
Tapi malah semakin erat saja

Ku lepas paksa ia
Ia malah terkekeh-kekeh
Benar ia gila, air matanya mengucur deras
Bisa ia asik terkekeh-kekeh demikian?

Ya Tuhan...
Sungguh aku miris melihatnya
Hal apa yang telah menimpakan ia

Kucoba memahami dan mengerti, agar ia cepat pergi
Namun tak kusadari aku menemukan diriku mulai tertarik
dalam dunianya yang gelap dan suram
Semakin dalam, semakin dalam, hingga aku tak kuasa melihatnya

Sudah aku tak tahan lagi
Kemarilah...
Pinjam saja bahuku
Tumpahkan segala tangis sesukamu            
Sampai kau menyulut lagi sinar
Dan terbitlah diduniaku, kau matahariku
10 Januari 2015
23:49 W.I.B.

Comments

Popular posts from this blog

Kesepian Bayang Cermin

Memandang diri dalam cermin Aku merasa iba padamu Terperangkap sepanjang riwayat Memandang bila aku memandang Mengedip bila ku mengedip Kau hadir ketika aku membutuhkanmu Melihatmu membuatku melupakan waktu Kau pasti kesepian selama aku tak ada Ah.. bagaimana kalau kita bermain sejenak? Ayolah keluar dari cerminmu Atau.. Biarkan aku masuk Katakan padaku, dimana celah yang dapat ku lewati? Tak ada jawaban

Secuil Kertas Pengharapan

Secuil kertas pengharapan yang aku lindungi dari hujan Kini telah terbaca Ia mengerutkan dahi dan tersenyum masam Takut-takut   aku bersembuyi Namun ia merengkuh tangan ku Dan membawaku menyelinap hujan Entah apa dalam benaknya

Naskah Hari Esok

Telah sunyi Telah sepi Jalanan kosong tak berpenghuni Pendar lampu semakin menampakkan cahayanya sendiri Mengalahkan sorot lampu kendaraan yang sedari tadi hilir mudik tiada henti Mereka yang lelah pulang Mereka yang tak sempat pulang bersandar dijalan Mereka yang tak punya tempat pulang meringkuk dipinggiran