Cahaya telah direguk bulan
Dan malam menebar bintang
Aku mulai menutup rapat mulutku
Aku telan kata demi kata yang menjadi ocehan harianku
Khayalku kini berkelana mengukir cita dalam angan
Namun semakin kuukir semakin aku takut
Takut merugi dengan waktu
Waktu yang aku lalui
menghantui disetiap deru nafasku
Seolah mengece diriku yang terbirit birit berlomba dengan
waktu
Menguak disetiap sudut kalbu
Aku benar-benar dikejar sang waktu
Ia terus mengawasi, menghitung tiap pergerakan ku
Terkadang ia bertanya
“Hey gadis, mau jadi apa kamu?
Kawin sajalah dengannya, kau tak perlu susah-susah cari
bahan tuk dikunyah”
Kawin? Aku rasa mulutnya perlu aku sumpal.
Dengan mu saja aku
belum tuntas, kau suruh aku menghadap sang bujang?
Aku bahkan takut dengan sang surya apalagi menghadap sang
bujang?
Maksud sampai ditenggorokan, aku telan mentah-mentah
Air bercucuran dari sudut mataku
Menetes didasar kalbu
Hatiku berkobar dan tak kunjung padam
Menanti kehendak-Nya yang datang
Ditulis ulang 07/12/14 16.30
Comments
Post a Comment