Skip to main content

Gila!



Cahaya telah direguk bulan
Dan malam menebar bintang
Aku mulai menutup rapat mulutku
Aku telan kata demi kata yang menjadi ocehan harianku

Khayalku kini berkelana mengukir cita dalam angan
Namun semakin kuukir semakin aku takut
Takut merugi dengan waktu
Waktu  yang aku lalui menghantui disetiap deru nafasku
Waktu yang telah membusuk pun ikut beradu
Seolah mengece diriku yang terbirit birit berlomba dengan waktu
Menguak disetiap sudut kalbu

Aku benar-benar dikejar sang waktu
Ia terus mengawasi, menghitung tiap pergerakan ku
Terkadang ia  bertanya “Hey gadis, mau jadi apa kamu?
Kawin sajalah dengannya, kau tak perlu susah-susah cari bahan tuk dikunyah”
Kawin? Aku rasa mulutnya perlu aku sumpal.
 Dengan mu saja aku belum tuntas, kau suruh aku menghadap sang bujang?
Aku bahkan takut dengan sang surya apalagi menghadap sang bujang?

Maksud sampai ditenggorokan, aku telan mentah-mentah
Air bercucuran dari sudut mataku
Menetes didasar kalbu
Hatiku berkobar dan tak kunjung padam
Menanti kehendak-Nya yang datang
Ditulis ulang 07/12/14 16.30

Comments

Popular posts from this blog

Rupa Yang Hilang

Angin yang menghantarkan aku ke cakrawala Keriap cahaya membiaskan bayang Lalu kutangkap sesosok rupa yang hilang Sosok yang dicuri dari hayal Senja kala itu menyematkan cahaya dilubuk rasa Menggemingkan dunia yang seolah tak beranjak dari tempatnya www.jendelafarida.blogspot.com   Hanya ruh yang bertautan mengidung ke langit cinta

Tanyaku Tentangmu

Lebih baik kau menyuapiku dengan kemarahanmu Dari pada aku menelan kebisuanmu Lebih baik kau menelanjangi ku dengan caci mu Dari pada aku melihat punggungmu yang menghadap wajahku Berhentilah seperti ini

Secuil Kertas Pengharapan

Secuil kertas pengharapan yang aku lindungi dari hujan Kini telah terbaca Ia mengerutkan dahi dan tersenyum masam Takut-takut   aku bersembuyi Namun ia merengkuh tangan ku Dan membawaku menyelinap hujan Entah apa dalam benaknya