Skip to main content

Tanah Berlumpur Darah

Segenggam tanah diperebutkan
Nafsu mereka membara membabi buta
Bala tentara mereka kirimkan
Hingga darah jadi korban

Mereka memeluk besi
Menciptakan api dirumah-rumah kami
Merobek keheningan malam yang menaungi
Kami menjerit, kami menangis tapi tak berarti
Bahagia yang aku lihat saat mereka menjamah kami

Telah berulang kali kami katakan
Jangan usik ketenangan kami!
Namun mereka tak mendengar
Telinga mereka disumpal setan
Hati mereka terbungkus kafan

Jiwa yang kami peluk kini telah tak beraga
Mereka nyatakan perang?
Ya, kini kami melawan
Tanah berlumpur darah kami pertaruhkan

Takdir telah terukir kami tunduk pada ilahi
Beban kami sanggupi
Mati menyerukan takbir
Itulah kehormatan bagi kami
21 Juli 2014 (waktu OJT)
09:00-11:00 W.I.B


Comments

Popular posts from this blog

Kesepian Bayang Cermin

Memandang diri dalam cermin Aku merasa iba padamu Terperangkap sepanjang riwayat Memandang bila aku memandang Mengedip bila ku mengedip Kau hadir ketika aku membutuhkanmu Melihatmu membuatku melupakan waktu Kau pasti kesepian selama aku tak ada Ah.. bagaimana kalau kita bermain sejenak? Ayolah keluar dari cerminmu Atau.. Biarkan aku masuk Katakan padaku, dimana celah yang dapat ku lewati? Tak ada jawaban

Secuil Kertas Pengharapan

Secuil kertas pengharapan yang aku lindungi dari hujan Kini telah terbaca Ia mengerutkan dahi dan tersenyum masam Takut-takut   aku bersembuyi Namun ia merengkuh tangan ku Dan membawaku menyelinap hujan Entah apa dalam benaknya

Naskah Hari Esok

Telah sunyi Telah sepi Jalanan kosong tak berpenghuni Pendar lampu semakin menampakkan cahayanya sendiri Mengalahkan sorot lampu kendaraan yang sedari tadi hilir mudik tiada henti Mereka yang lelah pulang Mereka yang tak sempat pulang bersandar dijalan Mereka yang tak punya tempat pulang meringkuk dipinggiran