Skip to main content

Inikah yang orang bilang itu cinta?



Kalian itu siapa sih?
Mengapa membuat lengkap hidupku
Mengapa membuat warna dihidupku

Terkadang aku membenci kalian
Karna tak sepaham, searah, setujuan
Tapi tunggu jangan marah
Karna aku takkan pernah benar-benar membenci kalian
Mau seberapa pun kesalahan yang pernah dibuat entah itu aku atau kalian
Aku tak pernah bisa benar-benar marah
Entah itu perlu sebuah kata maaf atau tidak

Bahkan aku merasa bodoh dan tolol
saat suasana menjadi tak ramah
Aku, kau atau kalian tak berbicara tapi saling menatap
Aku merasa kikuk sendiri
Apa yang harus dikatakan?

Kalian itu siapa sih?
Mengapa membuat candu tuk bertemu
Mengapa bisa membuat ku gelisah ketika kalian tak lengkap hadir dalam pandanganku
Dan mengapa bisa membuat ku turut sakit ketika kalian merintih
Aku pun tak bisa menahan simpul dibibir saat kalian memancarkarkan kebahagiaan

Katakan padaku, racun apa yang telah kalian tanamkan padaku
Racun ini benar telah tumbuh didada dan menyebar keseluruh sistem tubuhku
Membuat aku terkejut sendiri dengan beberapa hal aneh yang tiba-tiba muncul tiga tahun ini
Tapi racun ini luar biasa dan membuat ku ingin lagi lagi dan lagi

Entahlah, apa jadinya aku tanpa semua ini
Entahlah, apakah nantinya akan aku dapati lubang didada ini saat semua berakhir
Entahlah, aku pun tak bisa memahami
Tapi yang jelas hadirnya semua ini begitu sangat berarti

Inikah yang orang bilang itu cinta?

Purworejo, Selasa, 21 April 2015
22:47 W.I.B


Comments

Popular posts from this blog

Rupa Yang Hilang

Angin yang menghantarkan aku ke cakrawala Keriap cahaya membiaskan bayang Lalu kutangkap sesosok rupa yang hilang Sosok yang dicuri dari hayal Senja kala itu menyematkan cahaya dilubuk rasa Menggemingkan dunia yang seolah tak beranjak dari tempatnya www.jendelafarida.blogspot.com   Hanya ruh yang bertautan mengidung ke langit cinta

Tanyaku Tentangmu

Lebih baik kau menyuapiku dengan kemarahanmu Dari pada aku menelan kebisuanmu Lebih baik kau menelanjangi ku dengan caci mu Dari pada aku melihat punggungmu yang menghadap wajahku Berhentilah seperti ini

Secuil Kertas Pengharapan

Secuil kertas pengharapan yang aku lindungi dari hujan Kini telah terbaca Ia mengerutkan dahi dan tersenyum masam Takut-takut   aku bersembuyi Namun ia merengkuh tangan ku Dan membawaku menyelinap hujan Entah apa dalam benaknya