Skip to main content

Jarum Benang



Seseorang berdiri didepan mereka
Ia adalah jarum dan mereka benangnya
Beribu tusuk akan ia hujamkan tuk memukul mundur lawan
Beribu jahitan akan ia torehkan dimata lawan
Beribu jelujur akan sulam tuk satukan warna kehormatan
“Merdeka atau mati!”
Bibirnya selalu berucap demkian

Ditepi kain merah mereka datang menjemput nyawa
Nyawa Indonesia
Ditepi kain putih mereka datang menghantarkan nyawa
Ditepi-tepi itulah hidup mereka digadaikan
Tepi-tepi kain mereka satukan perlahan namun pasti
Tusuk-tarik, tusuk-tarik!
Mereka mengekor dibelakang jarum
Bila jarum ditarik maka mereka pun tertarik
Namun berbeda bila jarum ditahan maka mereka membuat ikatan
Tali mati
Mereka menjaga kain yang telah menyatu

Entah berapa gulung benang yang telah terurai
Entah berapa jarum yang telah patah dan tergantikan
Kini mereka telah selesai menyatukan dwi warna kehormatan

Sang saka yang hari ini kami kibarkan, kini telah sampai dalam genggaman
Masa diganti masa
Waktu diganti waktu
Dan tangan-tangan yang silih berganti akan terus menggenggam
Untuk Indonesia Merdeka

17 Agustus 2014

Comments

Popular posts from this blog

Tanyaku Tentangmu

Lebih baik kau menyuapiku dengan kemarahanmu Dari pada aku menelan kebisuanmu Lebih baik kau menelanjangi ku dengan caci mu Dari pada aku melihat punggungmu yang menghadap wajahku Berhentilah seperti ini

Rupa Yang Hilang

Angin yang menghantarkan aku ke cakrawala Keriap cahaya membiaskan bayang Lalu kutangkap sesosok rupa yang hilang Sosok yang dicuri dari hayal Senja kala itu menyematkan cahaya dilubuk rasa Menggemingkan dunia yang seolah tak beranjak dari tempatnya www.jendelafarida.blogspot.com   Hanya ruh yang bertautan mengidung ke langit cinta

Kediaman

Kediamanku menjelma menjadi suatu ketakutan Semakin lama aku diam Segala hal bertambah menjadi alasan yang tak dapat kulalui Adakah pintu lain kan terbuka bila aku mengunci pintu didepan? Adakah pintu belakang kan memberi jalan keluar? Atau jendela berterali yang tiba-tiba hancur kala tinju menghujam? Aku terus tersesat dalam omong kosong itu Pada nyatanya aku hanya berdiri ditempat yang sama Kediamanku menjelma menjadi suatu ketakutan Namun aku lebih takut untuk membuka langkah Karna seseorang terus menggenggam erat tangan